PERKUTUT, POLITIK DAN HOKI

Oleh Mas Aris Nurcholis


TANYA :
Anda sebagai pakar burung dan pakar Pilkada, Burung Perkutut identik dengan hoki...
Kebanyakan penggemar Perkutut dari Jateng dan DIY
Hoki adalah salah satu variabel yang dibutuhkan saat menang Pilkada
pertanyaan saya,
1. Apa setiap calon Pilkada di Jateng DIY punya burung Perkutut???
2. Perkutut jenis apa yang menunjang hoki terbanyak...? Siapa tahu ntar saya beli... eheemm
sekian dulu.. terimakasih
(Reza H)

JAWAB :
Saya bukanlah pakar burung perkutut, dan untuk menjawab pertanyaan anda kayaknya perlu diadakan riset khusus tentang analisis hubungan burung perkutut, hoki dan pilkada. Kalaupun ada perkutut yang mendatangkan duit (secara supranatural) pasti udah tak ambil duluan, he..he...
Begini, tidak benar bahwa penggemar perkutut hanya banyak di Jateng-DIY saja, Kalo melihat peta perkututan nasional, penggemar perkutut merata diseluruh Indonesia raya. Bahkan Jateng-DIY masih kalah banyak dibanding dengan penggemar dan peternak perkutut di Jabar, Jatim atau Jabodetabek. Itu belum termasuk farming-farming/peternakan perkutut besar di Thailand Selatan dan Malaysia. Setahu saya, untuk etnis, kebanyakan peternak besar di Indonesia adalah warga etnis Tionghoa. Tentang hoki, masih banyak masyarakat (terutama di jawa) percaya dengan hal-hal yang sifatnya mistis dari burung perkutut. Bukan hanya hoki saja, memelihara perkutut dipercaya bisa membawa dampak pada kehidupan ketentraman rumah tangga, pekerjaan, rejeki dan lain-lain pada sang pemilik.
Dalam sejarah perkututan Indonesia, burung yang dalam bahasa inggris disebut sebagai turtle dove ini dipelihara para bangsawan kerajaan Mataram tempo doeloe. Di suatu waktu para bangsawan itu berkumpul bersama, membawa perkututnya masing-masing dan mendengarkan anggungan perkutut sambil makan-minum dan memperbincangkan suasana politik kontemporer. Sementara bagi warga desa kebanyakan, perkutut dipakai sebagai sarana hiburan melepas kepenatan setelah seharian bekerja di sawah. Pada masa setelah panen, dimana saat itu pekerjaan di sawah berkurang, para petani dan warga desa berkumpul, membawa perkututnya masing-masing untuk diadu suaranya. Momen seperti itu dimanfaatkan sebagai sarana silaturahmi antar penduduk desa. Tradisi terus berkembang dan lambat laun memiliki perkutut bersuara bagus menjadi prestise tersendiri.
Para pejabat kerajaan akan gengsi kalo sampai tidak punya perkutut bagus. Orang-orang kaya pun tak mau ketinggalan mereka ingin bergaya hidup seperti pejabat. Akhirnya mereka akan berusaha sedapat mungkin mempunyai perkutut bersuara bagus atau bahkan kalau perlu mereka berani membeli tinggi perkutut itu. Jadi, kalau ada pejabat atau orang kaya tapi tidak punya perkutut bagus, bisa menjatuhkan gengsinya. Sistem feodal dan paternalistik yang masih banyak melingkupi masyarakat di Pulau Jawa kala itu serta kepercayaan kejawen yang masih kuat, kemudian melahirkan mitos-mitos tertentu tentang si turtle dove ini. Antara lain cara memandang seekor perkutut berdasarkan Ciri mathi dan Katuranggan. Ciri mathi dipakai untuk meramalkan keberuntungan pemilik/pemeliharanya dengan mengamati tingkah laku dan ciri fisik perkutut itu. Seperti waktu-waktu dan cara perkutut manggung. Misalkan adanya kepercayaan bahwa beban-beban-hidup manusia menjadi ringan, dan rezekipun datang jika memelihara perkutut jenis Majapahit dan Tuban yang tua (biru keemasan), atau burung berkicau Cocakrawa Martalulut yang paruh kuning, kaki kemerahan atau Podang Ganang (paruh putih dan kaki kemerahan). Perkutut yang manggungnya pada saat fajar menyingsing akan membawa keberuntungan pada pemiliknya. Sedangkan Katuranggan dipakai untuk meramalkan bagus/tidaknya suara perkutut berdasarkan ciri-ciri fisik perkutut. Seperti bentuk kepala, bentuk ekor, hidung, badan dan lain-lain.
Seiring perkembangan jaman, hal-hal mistis dan tidak rasional seputar perkutut mulai ditinggalkan oleh penggemarnya. Mereka lebih percaya memilih perkutut unggul dengan mendengar suaranya langsung atau melihat trah/silsilah perkutut. Hal itu bisa dilihat dari penggemar perkutut yang tidak lagi memperhatikan 'ciri mathi' dan 'katuranggan' dalam memilih perkutut unggul.
Tapi saya pribadi percaya bahwa perkutut mendatangkan hoki/keberuntungan, yaitu bila kita bisa memilih perkutut yang mempunyai kualitas bagus, merawat dengan rajin dan penuh kasih sayang (sebagai sesama makhluk tuhan), sering ikut latihan bersama akan bisa mendatangkan banyak duit serta membawa keberuntungan. Kenapa ?
Perkutut yang sering juara pada lomba perkutut (konkurs), tidak perlu juara pertama, masuk 15 besar saja selain pemiliknya akan mendapat hadiah barang dan uang yang tidak sedikit. Harga perkututnya langsung melejit tinggi. bisa puluhan hingga ratusan lipat dari harga beli dan biaya pemeliharaanya. (Sebagai catatan saat ini perkutut yang pernah merajai Liga Perkutut Indonesia, LPI, yang bernama Meteor ditransfer dengan harga 1 miliar). Belum lagi bila perkutut yang bagus itu di ternakkan, baru tertelur aja orang sudah berbondong-bondong antri untuk memesan. Padahal harga perekornya bisa ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Dengan manajemen yang baik, pengelolaan yang profesional, terus menerus malakukan pencarian bibit unggul, sebuah usaha peternakan perkutut skala menengah saja (10-30 kandang) bisa mendatangkan pemasukan hingga puluhan juta rupiah per bulan. Untuk pangsa pasarnya pun bagus sekali. Karena penggemar perkutut sangat banyak dan merata baik strata sosial maupun bentangan geografisnya.
Arena konkurs, selain untuk menguji prestasi dan transaksi perkutut, sering dipakai juga sebagai ajang silaturahmi, persaudaraan, menambah kenalan dan relasi. Bagi pengusaha, konkurs ini jelas momen strategis untuk mencari relasi dan peluang bisnis baru. Banyak sekali transaksi bisnis yang terjadi dimulai dari arena-arena lomba perkutut. Bagi politisi, berkumpulnya banyak orang dari berbagai strata sosial, etnis, background politik dalam ajang ini akan menjadi sarana strategis untuk malakukan lobi-lobi ataupun mengembangkan pangsa pasar konstituen.
Kesimpulannya. Kalo pengin hoki dan kaya melalui perkutut, siapkan investasi yang serius: siapkan tempat penangkaran pilihlah perkutut-perkutut unggul, ternakkan, adakan riset untuk menghasilkan anakan unggul bangun jaringan pemasaran. Dan, Insya Allah hoki akan datang. Lengkaplah sudah kesempurnaan sebagai lelaki (hasto broto) : Garwo, Griyo, Karyo, Turonggo, Kukilo, Pradonggo, Curigo dan Waranggono (istri, rumah, pekerjaan, kuda/kendaraan, perkutut, keris, stereo set)



Aris Nurcholis
Penggemar perkutut

Komentar

Postingan Populer