Menuju Bangsa yang Maju, mandiri dan bermartabat

A. LATAR BELAKANG
Sebagai kota dengan luas wilayah 44,04 KM2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, 51 kelurahan, 586 RW dan 6.616 RT. Lebih dari 534.000 penduduk di malam hari dan lebih dari satu juta penduduk di siang hari. Menjadikan Solo sebagai kota kecil yang relatif padat. Tetapi kepadatan itu tidak merata antara di Solo bagian selatan dan solo utara yang terutama di beberapa kelurahan di Jebres. Hal mana membawa dampak pada kontribusi terhadap kerawanan-kerawanan sosial. Tingkat pendidikan masyarakat Kota Surakarta relatif rendah, 60% lebih hanya tamat SD-SMP kurang dari 8% tamat Akademi atau PT. Proporsi Lulusan S1 yang tidak tersalurkan mencapai lebih dari 50%. Tingkat pengangguran mencapai 26.196 (10,86%) dari total 241.192 angkatan kerja. Disamping Pendidikan, derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas SDM. Indikator utama derajat kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi Baru lahir (AKB) dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI). pada tahun 2007 Angka rata-rata harapan hidup adalah 69 tahun bagi pria dan 72 tahun bagi wanita, angka kematian 49,52 per 100.000 kelahiran hidup (angka nasional : 307 per 100.000 kelahiran hidup); angka kematian bayi 3,47 (angka kematian nasional : 35 per 1.000 kelahiran hidup); angka kesakitan demam berdarah 8,9 (target nasional: 2 per 10.000 penduduk). Jumlah penderita HIV dan AIDS mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Per Oktober 2008 tercatat jumlah pengidap HIV/AIDS di kota Solo mencapai 178 (90 HIV 88 AIDS) orang yang sebagian besar diidap para PSK dan kaum homoseksual (MSM/Man who have Sex with Man). Bahkan jenis kaum MSM ini pada tahun 2008 meningkat menjadi 1500 orang. Dari 400 orang yang memeriksakan diri ke VCT, 16 orang positif HIV. Sementara penduduk yang berisiko tertular mencapai 17.000 orang
Sebagai akibat tidak mempunyai sumber daya alam, perekonomian kota Solo lebih banyak tertumpu pada perdagangan, jasa dan industri (kecil dan menengah). Sumber pemasukan APBD masih tergantung dari DAU maupun DAK sedangkan PAD masih berbasis pada retribusi daerah dan pajak daerah. Sedangkan kontribusi BUMD dan PDAM dalam PAD belum bisa banyak memberikan sumbangan signifikan. Pun demikian dengan dana bagi hasil daerah (pajak dan bukan pajak) seperti PBB, BPHTB, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), dan lainnya masih belum memberikan tambahan dana yang berarti. Akibatnya setiap tahun neraca APBD selalu defisit.
Untuk melaksanakan aktivitas pemerintahan dan melayani masyarakat dalam struktur pemerintahan Kota saat ini terdapat 9.084 PNS yang tersebar pada 4 bagian, 15 Dinas, 8 kantor dan 4 badan. Sebagian besar pengeluaran APBD Kota Surakarta dialokasikan untuk pembayaran belanja pegawai.
Kondisi politik walaupun pernah mengalami berbagai macam kerusuhan saat proses reformasi 1998, namun sebenarnya masyarakat Solo cukup mempunyai tingkat kedewasaan politik yang cukup tinggi, dimana perbedaan pilihan politik bukan dianggap sebagai hal yang mencemaskan melainkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jarang sekali terjadi ketegangan hanya karena berbeda pilihan parpol. Kekuatan politik sekarang ini masih didominasi PDI-P yang hampir menguasai 40% kursi DPRD pada pemilu 2004 disusul PAN 17,5% kemudian Golkar, PD, PKS. Konfigurasi politik yang didominasi partai nasionalis seperti yang sekarang ini diperkirakan tidak akan banyak berubah setidaknya sampai sepuluh tahun mendatang.
Kondisi keamanan dan ketertiban walaupun relatif stabil tetapi angka kriminalitas cenderung mengalami peningkatan khususnya pada kejahatan kerah putih dan profesional. Potensi kerawanan keamanan yang bersumber pada minuman keras dan narkoba, perjudian, trafficking, pelacuran serta masih banyak berkeliaran gelandangan dan pengemis. Banyaknya PKL yang sebagian besar belum tertata maupun tingkat pengangguran yang tinggi. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah masih tingginya tingkat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan angka kekerasan dalam masyarakat yang dilatarbelakangi sentimen keber-agama-an seperti bentrokan antar elemen masyarakat sebagai akibat sweeping tempat-tempat maksiat yang merupakan ekses dari lemahnya Law Enforcement pihak aparat keamanan dan radikalisasi paham keagamaan.
Kota Solo memiliki aset pariwisata seperti kraton (Kasunanan dan Mangkunegaran) beserta derivasinya, museum, cagar-cagar budaya berupa bangunan dan perkampungan kuno, tempat wisata kuliner, pasar-pasar antik dan unik serta even dan pentas-pentas budaya. Namun potensi ini masih belum cukup dikembangkan secara optimal. Sehingga kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik ke kota Solo jumlahnya kurang dari satu juta orang per tahunnya.

B. HARAPAN DAN PELUANG

PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

Mengapa tingkat pengangguran Sarjana di Surakarta tinggi? Jika dianalisis secara sepintas, ada 2 kemungkinan penyebabnya : Pertama, Kompetensi lulusan S1 warga Solo rendah. Kedua, tidak nyambungnya bidang pendidikan yang ada saat ini dengan kebutuhan dunia kerja. Tingkat melek teknologi juga masih sangat rendah ditandai tingkat akses komputer yang kurang dari 5% per 100 penduduk. Akses pelajar dan mahasiswa terhadap internet juga relatif rendah, itupun masih sedikit yang memanfaatkannya untuk tujuan pendidikan, iptek ataupun bisnis. Solo mempunyai universitas-universitas dan lembaga pendidikan tinggi yang banyak dan sebagian diantaranya terakreditasi cukup baik di kancah nasional. Melimpahnya lulusan perguruan tinggi dan akademi menyebabkan melimpahnya angkatan kerja terdidik di Kota Solo. Apabila dikelola dengan cermat dengan program yang sesuai, ditunjang sebagai kota gudangnya LSM dan aktivis, maka sesungguhnya sebagian dari mereka itu bisa disiapkan untuk menjadi fasilitator-fasilitator untuk pemberdayaan masyarakat kota yang mandiri. Sebagian lagi, sesuai dengan minat dan kompetensinya disiapkan untuk menjadi profesional dan wirausahawan-wirausahawan yang tangguh sesuai dengan minat dan bidangnya masing-masing. Klub-klub olahraga, hobi dan organisasi masyarakat serta kepemudaan yang sudah banyak eksis penting untuk dijadikan mitra. Wadah yang dibentuk Pemkot yaitu Solo Competency and Technology Center (SCTC), dan juga pembangunan Solo Techno Park (STP) di Pedaringan, Jebres pada dasarnya adalah terobosan yang cukup menggembirakan. Untuk itu perlu terus disempurnakan sehingga tidak hanya menyiapkan tenaga terampil dari pemuda pengangguran, tetapi juga harus disiapkan penyalurannya sesuai dengan ketrampilan yang diperolehnya itu sehingga dana yang telah digulirkan tepat pada sasaran dan tujuan yang dimaksud. Pemerintah kota juga harus aktif bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain bahkan negara lain untuk dalam menyediakan tenaga-tenaga trampil. Upaya menjadikan kota Surakarta sebagai Kota Vokasi melalui program pengembangan dan penambahan sekolah-sekolah kejuruan (SMK) termasuk program School Development and Investment Plan (SDIP) sebenarnya baik sebagai solusi mengatasi tingginya angka pengangguran dan mengisi kebutuhan tenaga trampil. Tetapi disisi lain, pola pendidikan yang hanya menyiapkan tenaga trampil yang dibutuhkan dunia industri juga akan melahirkan robot-robot hidup dimana pendidikan hanya ditujukan untuk kepentingan kaum kapital. Pendidikan yang seharusnya mencerahkan dan membebaskan, dimana anak-anak bangsa disiapkan untuk menjadi manusia-manusia yang merdeka baik pemikiran maupun jiwanya menjadi tidak tercapai. Pendidikan kejuruan yang menganjurkan untuk segera bekerja setelah lulus juga secara tidak langsung mengurangi kesempatan anak-anak dengan potensi akademik tinggi dari keluarga miskin untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sampai tingkat Perguruan Tinggi. Hanya yang mempunyai cukup uang yang bisa bersekolah sampai PT. Akibatnya akan terjadi proses pembodohan dan pemiskinan tidak kentara. Satu hal lagi yang sangat mendesak untuk segera dilaksanakan adalah membuat program yang dapat menyinergikan lembaga-lembaga pendidikan anak non sekolah formal yang biasa diadakan oleh ormas keagamaan, masjid dan LSM serta kelompok-kelompok lain dimasyarakat. Contohnya seperti Taman Pendidikan Al Quran (TPA/TPQ). Selama ini kelompok-kelompok inilah yang secara mandiri telah mengadakan bentuk pendidikan yang sangat membantu meringankan tugas pemerintah. Melalui kelompok ini, anak-anak yang pada sore hari tidak ada aktivitas pengajaran dibina untuk bisa membaca alquran memperdalam pengetahuan agama. Kelompok ini telah terbukti eksis dan berhasil menyiapkan generasi muda agar tidak mudah terbawa arus negatif perkembangan jaman. Pada waktunya mereka terbawa pada pergaulan bebas para remaja berakibat hubungan seks diluar nikah, hamil sebelum nikah, narkoba dan miras. Selama ini bantuan untuk mereka sangat kecil dan tidak begitu signifikan. Kedepan, harus dibuat langkah untuk menyinergikan gerak langkah mereka. Kalau perlu pemerintah membantu memfasilitasi tempat-tempat yang belum ada dan lemah perkembangan TPA-nya.

BIDANG EKONOMI
Pada sektor ekonomi, beberapa sentra ekonomi seperti kawasan beteng, pasar klewer dan sentra-sentra ekonomi lainnya mempunyai tingkat perputaran uang yang sangat tinggi bahkan mencapai ratuan milyar dalam satu hari, membuktikan bahwa nadi perekonomian Kota ini terus berdetak siang dan malam. Hanya saja pemerintah belum optimal menjadikannya sebagai penyumbang APBD. 37 pasar tradisional yang sudah ada terus direvitalisasi sehingga bisa dikombinasikan dengan pasar-pasar modern menjadi basis pemasaran produk-produk UMKM lokal solo dan sekitarnya. Banyaknya penduduk tidak tetap di kota solo pada siang hari dan banyaknya pelancong yang melewati kota Solo karena letaknya yang strategis pada jalur transportasi dan ekonomi adalah potensi bagi pengembangan pangsa pasar produk-produk UMKM di Solo. Karena mobilitasnya itu, mereka juga juga dapat dijadikan humas-humas dagang dan wisata gratis dan efektif bagi kota Solo. Survey terhadap UMKM di Solo oleh Bank Indonesia Solo 2008 berdasarkan skala usaha adalah 38 persen merupakan skala mikro, 33 persen skala kecil dan 29 persen skala menengah. Secara umum, variasi UMKM di Kota Surakarta berdasarkan sektor usaha adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 43 persen; yang diikuti oleh Sektor Perdagangan sebesar 32 persen; Sektor Jasa sebesar 13 persen; Sektor Pertanian sebesar 6 persen; dan Sektor Pengangkutan sebesar 5 persen. Sementara berdasarkan cakupan pemasaran terdapat sekitar 31 persen UMKM berorientasi lokal, 25 persen regional, 30 persen nasional dan 12 persen berorientasi ekspor. Dilihat dari aspek usaha terdapat sekitar 87 persen UMKM yang memiliki keterbatasan dalam pengembangan usaha antara lain keterbatasan akses ke Bank karena baru sekitar 48 persen UMKM di Kota Surakarta yang sudah berhubungan dengan Bank. Pembinaan UMKM di Kota Surakarta belum optimal, setidaknya terdapat 63,4 persen UMKM yang belum mendapat pembinaan dari aparat yang berwenang. Jika dilihat dari aspek potensi pengembangan produk UMKM, siklus produk UMKM Kota Surakarta 36 persen dalam tahap perkembangan, 42,5 persen berada dalam tahap matang. Karenanya dimasa mendatang, program-program yang berorientasi pengembangan UMKM harus terus diintensifkan pelaksanaannya paralel dengan program-program edukasi kewirausahaan bagi masyarakat.

KESEHATAN
Masih tingginya angka kematian akibat penyakit demam berdarah/DBD dan terus meningkatnya pengidap HIV/AIDS dari tahun ke tahun adalah hal yang mengkhawatirkan. Untuk itu berbagai tindakan pencegahan wabah DBD perlu terus dilakukan secara simultan dan terarah. Pembinaan terhadap para PSK yang rentan terjangkit virus HIV/ AIDS hendaknya tidak bersifat sporadis dan sesaat. Untuk itu pemerintah harus melakukan suatu gerakan bersama untuk mengurangi penyebaran penyakit ini dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Upaya relokasi bahkan lokalisasi PSK sebagai salah satu solusi bukanlah ide yang tabu untuk didiskusikan bersama dengan para stakeholder kota termasuk tokoh agama dan LSM. 15 Puskesmas yang telah ada sudah semestinya terus dioptimalkan fungsi dan pelayanannya dengan menambah tenaga paramedis dan peralatan yang profesional sehingga masyarakat miskin tidak perlu harus ke rumah sakit yang jauh letaknya untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut yang tentunya akan menambah biaya transportasi. Sehingga tidak menutup kemungkinan puskesmas-puskesmas tersebut diperlengkapi dengan tenaga-tenaga spesialis dan fasilitas untuk rawat inap. Pembuatan kartu PKMS (Program Kesehatan Masyarakat Surakarta) adalah program yang baik sehingga perlu diperluas cakupannya tidak hanya pada masyarakat miskin saja. Masyarakat dengan tingkat pendapatan menengah juga perlu dimasukkan dalam program ini agar nantinya tidak terdegradasi derajatnya menjadi keluarga miskin karena harus mengeluarkan pembiayaan kesehatan yang mahal karena tidak dijamin pemerintah.

BIROKRASI, POLITIK DAN KEAMANAN
Upaya pembenahan birokrasi yang dilakukan pemerintahan Walikota Joko Widodo cukup menampakkan hasil walaupun masih jauh dari harapan. Padahal Surakarta mempunyai keunggulan yaitu luas wilayah geografis yang relatif kecil sehingga rentang kendali birokrasi bisa lebih efektif. Beberapa kantor yang melayani langsung urusan dokumen masyarakat seperti Kelurahan, Kecamatan, Catatan Sipil, serta kantor-kantor dinas telah dapat mempercepat proses pengurusan nya dengan mengimplementasikan perkembangan teknologi. Walau demikian, pencitraan masyarakat terhadap sikap mental aparat birokrasi saat ini kurang bagus karena perilaku yang tidak profesional sementara di sisi penghasilan aparat birokrasi jauh lebih baik dari masyarakat kebanyakan. Untuk itu, penting untuk meningkatkan ketrampilan dan jenjang pendidikan para aparat negara yang dibarengi dengan sanksi bagi aparat yang melakukan penyelewengan. Walaupun dalam beberapa kejadian politik kontemporer tidak lagi terbukti, Kota Solo bagi sebagian ahli ilmu sosial masih dianggap memiliki karakter perpolitikan yang unik sehingga di masa lalu Solo dikategorikan daerah sumbu pendek, dimana gejolak politik dan keamanan yang terjadi di daerah ini akan cepat menjalar ke daerah lainnya. Kondisi seperti ini tentunya sangat rentan untuk disusupi orang-orang yang ingin membuat kegaduhan politik. Pemerintahan Kota dapat menghindarinya dengan program-program yang dapat memperkecil kesenjangan kemakmuran antar masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Demokratisasi melalui pelibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik bottom up mulai dari RT sampai pemerintahan kota. Yang tak boleh dikesampingkan, partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi harus terus di back up dengan memberikan fasilitas yang cukup memadai agar mereka dapat melaksanakan fungsinya memberdayakan demokratisasi pada konstituennya yang adalah juga rakyat Solo. Bahkan pemkot bisa memberikan bantuan keuangan bersyarat kepada parpol yang ditujukan untuk program pemberdayaan politik-ekonomi. Untuk menekan kerawanan sosial, melalui kewenangannya pemkot dapat membuat aturan yang membatasi secara ketat peredaran minuman keras disertai sanksi bagi toko, warung dan orang-orang yang mendistribusikannya. Menolak pemberian ijin distributor dan toko miras, mengawasi ketat tempat-tempat yang dapat digunakan untuk tempat berbuat maksiat. Sudah barang tentu melalui kerjasama dengan pihak kepolisian dan instansi terkait lainnya.
BUDAYA DAN PARIWISATA
Budaya Jawa, khususnya budaya masyarakat Solo dalam arti budaya dalam pengertian luas yang tidak hanya pada ritual, pertunjukan seni dan bangunan tetapi termasuk sikap hidup, filosofi dan hubungan kemasyarakatan adalah local genuine yang adiluhung dan khas merupakan modal dasar yang sangat mendukung perkembangan kebudayaan. Even-even budaya yang sudah biasa dilakukan masyarakat seperti prosesi adat pernikahan, pertunjukan wayang kulit, wayang orang, ketoprak adalah contoh even yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Even yang sebenarnya bagi orang Solo adalah kejadian sehari-hari, tetapi akan menjadi menarik bagi orang yang belum pernah menyaksikan secara langsung. Sementara even-even dan festival budaya nasional maupun internasional perlu terus diadakan dan dipublikasikan secara luas. Termasuk even-even yang diadakan oleh lembaga pendidikan seperti ISI/SMKI Surakarta seperti pentas-pentas budaya seperti pagelaran tari, pentas teater, puisi ataupun musik di kampus ataupun di taman budaya.

C. V I S I
Tuhan menyatakan bahwa umat yang kuat lebih dicintaiNya dari pada umat yang lemah. Di riwayat lain dinyatakan bahwa sesungguhnya kemiskinan itu akan menyebabkan kekafiran. Sehingga sejatinya manusia yang kuat itu adalah manusia yang mempunyai kemandirian. Kemandirian didasari dari nilai ketauhidan yaitu kesadaran bahwa Tidak ada Tuhan Selain Allah. Dengan kesadaran meniadakan kekuatan lain selain Tuhan, manusia semestinya tidak tergantung dan khawatir kepada apapun dan siapapun. Contohnya, dalam era globalisasi sekarang ini dimana manusia terseret pada pola kapitalisme, maka kekhawatiran dan ketertundukan manusia pada Tuhan perlahan mulai digantikan ketertundukan pada faktor ekonomi yaitu pada uang dan pada kekuasaan. Buktinya, masyarakat lebih bangga menjadi PNS, pegawai BUMN dan pegawai swasta yang mempunyai kepastian pendapatan dari pada menjadi wirausahawan dan pekerjaan di sektor informal yang dianggap berisiko dan tidak pasti. Padahal disisi kemandirian ekonomi, mereka yang bekerja sebagai wirausahawan baik industri, perdagangan dan sektor informal jauh mempunyai kemandirian. (Dalam Al Quran juga banyak ayat yang menyebutkan keutamaan berbisnis/dagang). Mereka mandiri karena tidak ada bos atau pimpinan bagi mereka dalam usaha kecuali diri mereka sendiri. Apabila makna kemandirian itu diperas lagi, mereka juga akan mempunyai kemandirian politik dan budaya. Sebenarnya inti Tauhid yang diturunkan menjadi kemandirian akan menjadikan manusia merdeka jiwanya karena dia tidak khawatir terhadap apapun. Akhirnya ketidakkhawatiran itu menjadikan manusia kuat dan tidak terseret pada kehendak pasar, tetapi yakin pada kebenaran Ilahiah dan hati nurani. Kekhawatirannya adalah hanya apabila Ia melanggar etika dan norma agama. Kekhawatiran yang akan menjadikan dia manjadi manusia beriman alias bermartbat. Kemudian, dari individu-individu yang mandiri akan tercipta masyarakat yang mandiri. Masyarakat yang mandiri yang tidak takut dan bergantung pada apapun selain tuhan akan menjadikannya sebagai manusia bermartabat serta mempunyai jati diri dan akan terus bergerak maju menuju masa depan. Dari uraian diatas, Saya merumuskan visi sebagai MENUJU MASYARAKAT SURAKARTA YANG MAJU, MANDIRI DAN BERMARTABAT.

Surakarta, 23 Agustus 2008
Muhammad Aris Nurcholis

Komentar

Postingan Populer